Penulis Novel PHI (Instagram @pringabdisurya)

Kitogalo.com, Palembang – Rasa sedih ternyata tidak selalu membawa keterpurukan. Merasakan patah hati ketika cinta ditolak malah membuat Pringadi Abdi Surya terinspirasi menjadi seorang penulis dan bisa mewujudkan menjadi novelis.

Penulis novel fiksi berjudul Phi awalnya tidak terbiasa untuk menulis rangkaian kata. Namun saat duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA), Mas Pri, sapaan akrabnya, memberanikan diri menulis surat cinta kepada teman perempuannya.

Namun sayang, perjuangannya menulis bait-bait kata cinta berbuah pahit. Surat cintanya tidak pernah terbalas dan menyisahkan patah hati yang mendalam. Dari sanalah, Mas Pri mulai mencurahkan perasaannya melalui kata-kata picisan yang terangkai menjadi puisi indah.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini pun mengembangkan gaya penulisannya hingga bisa menghasilkan tulisan Cerita Pendek (Cerpen) bahkan bisa menciptakan buku novel. Meskipun proses yang dilewatinya butuh waktu yang lama dan tekun.

“Kalau saya dulu, menulis itu diawali karena kegelisahan. Awalnya jatuh cinta dan patah hati dan lama-lama jadi terbiasa menulis,” ujar alumni Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) Jakarta, saat menggelar Dialog Buku 2 Phi di Lord Cafe and Resto Palembang, saat ditulis hari Rabu (17/10/2018).

Ide Mas Pri untuk meulis cerita novel saat dia menjalani tugas kerja di Pulau Sumbawa. Karena baru pertama kali menjajal tulisan panjang, diksi dan alur yang diciptakan awalnya masih minim.

Untuk merangkumkan cerita novel pertamanya, pria kelahiran 18 Agustus ini menghabiskan waktu 1,3 tahun yang ditulisnya di 70 lembar kertas. Tahap revisi pun ia lewati selama bertahun-tahun, mulai dari 2011 hingga terbit di tahun 2018.

“Dulu belum ada dukungan dari orang terdekat, karena memang cuma saya yang suka nulis dan baca, yang lain bukan pembaca soalnya” katanya.

Dalam acara yang digelar Komunitas Baur Kata, Mas Pri juga turut berbagi ilmu dengan beberapa penggiat literasi lainnya, seperti Sobat Literasi Jalanan, Ruang Bebas Baca, Kutu Buku dan lainya.

Dialog yang Dimoderatori oleh manusia 1000 komunitas, Hardi, diramaikan dengan penampilan musikalisasi puisi oleh Oktarian DS dari Komunitas Turun Tangan Palembang.

Heti Rahmawati