Kitogalo.com – Indonesia kaya akan keberagaman budaya. Dari Sabang hingga Merauke memiliki ciri khasnya masing-masing. Sama halnya dengan rumah adat, setiap daerah pasti memiliki rumah adat yang punya keistimewaan tersendiri. Biasanya rumah adat tersebut mengikuti struktur geografis yang ada di daerah tersebut. Salah satu contohnya yaitu rumah adat Palembang yang dikenal dengan sebutan Rumah Limas.

Jika kamu pernah berkunjung ke Palembang pasti sudah pernah melihatnya, bukan? Unsur adat masih sangat kental dalam pembangunan Rumah Limas tersebut. Rumah dengan struktur panggung dan berbentuk limas ini berdiri di atas tiang-tiang besar. Tinggi tiang itu sendiri bermacam-macam tergantung tempatnya. Jika rumah tersebut berada di daerah yang sering tergenang air maka tiang rumah tersebut akan semakin tinggi. Biasanya, kayu yang digunakan untuk membangun rumah limas adalah kayu Ulen yang terkenal tahan lapuk.

Pada umumnya rumah limas berbentuk memanjang ke belakang. Sedangkan pada bagian depan terdapat dua tangga yang terletak pada kanan dan kiri rumah. Nah, dengan strukturnya yang berbentuk panggung menyebabkan adanya ruang kosong atau pun kolong. Kolong tersebut difungsikan sebagai tempat beraktifitas sehari-hari bagi kaum perempuan.

Tingkatan yang dimiliki pada rumah limas pastinya memiliki makna filosofis. Rumah adat Palembang ini biasanya terdiri dari lima ruangan yang disebut dengan kekijing. Lima ruangan tersebut menjadi simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat seperti usia, jenis, bakat, pangkat, dan martabat.

Tingkat pertama biasa disebut Pagar Tenggalung, di mana ruangan tersebut tidak memiliki dinding pembatas atau sekat. Suasana pada pagar tenggalung ini santai dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu saat acara adat. Pada tingkat kedua biasa disebut Jogan. Fungsi jogan adalah tempat berkumpul khusus untuk pria. Selanjutnya, kekijing ketiga yang posisi lantainya lebih tinggi dan diberi batas menggunakan penyekat. Biasanya ruangan tersebut digunakan sebagai tempat untuk menerima para undangan dalam suatu acara atau hajatan.

Kekijing keempat posisinya lebih tinggi fungsinya atau kurang lebih sama dengan kekijing ketiga namun lebih kepada undangan yang dihormati seperti orang-orang yang lebih tua, dapunto dan datuk. Di ruangan terakhir yang memiliki ukuran terluas biasa disebut Gegajah. Di dalamnya terdiri atas ruang pangkeng, amben tetuo, dan danamben keluarga.

Amben berarti balai musyawarah. Amben tetuo biasanya digunakan sebagai tempat tuan rumah menerima tamu kehormatan dan juga menjadi tempat pelaminan pengantin dalam acara perkawinan. Sedangkan ruang gegajah merupakan ruangan yang paling istimewa sebab memiliki kedudukan privasi yang paling tinggi.

Sayangnya, saat ini sudah semakin jarang ditemukan bangunan rumah limas. Rumah penduduk Sumatera Selatan kini mayoritas berbentuk beton permanen. Jadi tidak ada salahnya jika kita sebagai generasi penerus bangsa terutama bujang dan gadis Palembang minimal tahu sejarahnya untuk melestarikan apa yang sudah kita miliki saat ini.

Dian Pramita