Kitogalo.com, Palembang – Alunan nada-nada indah dari gesekan alat musik biola terdengar begitu menenangkan. Tampak dua pria bergantian memainkan biola di teras Lord Cafe Palembang, Jumat, 22 Juni 2018. Dia adalah Ketua Komunitas Biola Palembang, Dayat Dermawan Rezekian yang sedang asyik berduet dengan turis asing dari Jerman, Samuel Knoch.

Tak terasa, satu jam berlalu. Pria yang akrab disapa Dayat itu rupanya sedang berlatih lagu-lagu baru bersama Samuel. Pertemuannya dengan bule berambut pirang itu di Lord Cafe ternyata berbuah positif. Sebagai sesama pemain biola, mereka akhirnya klop.  “Saat bertemu Samuel, saya senang karena saya bisa meningkatkan kemampuan main biola dan bisa terus belajar. Dia sangat bagus bermain biola,” kata dia kepada kitogalo.com.

Dayat  mengaku menggemari biola sejak tahun 2001. Pria yang mengenyam pendidikan psikologi ini mengatakan jika musik tak hanya sekadar hiburan. Menurutnya, bermain biola eratnya hubungan dengan psikologi seseorang. Sebab, dalam memainkan alat musik gesek ini dibutuhkan kesabaran ekstra tinggi.

Selain itu, orang-orang yang bermain biola biasanya memiliki jiwa sosial yang tinggi karena kegiatan tersebut juga dijadikan media dalam berkomunikasi dengan lingkungan. Dayat mencontohkan efeknya pada psikologi anak. Jika diberikan alat musik sejak kecil, anak-anak akan terangsang motoriknya. Hal ini dapat melatih kepribadian anak untuk lebih peka dan peduli pada lingkungan.

Dayat pun menceritakan Komunitas Biola Palembang yang ia dirikan belasan tahun lalu. Menurut dia, awalnya komunitas biola ini diresmikan pada 21 April 2016. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai kalangan baik pelajar sampai mereka yang sudah bekerja. Saat ini jumlah anggota Komunitas Biola Palembang sekitar 80 orang. Namun karena kesibukan masing-masing, anggota aktif hanya sekitar 20 orang yang datang untuk berlatih.

Waktu berlatih bagi mereka merupakan waktu untuk berkumpul dan berbagi ilmu satu sama lain. Mereka berkumpul setiap akhir pekan tepatnya di hari Minggu. Adapun tempat yang digunakan untuk komunitas ini berlatih sangat beragam mengingat mereka belum mempunyai basecamp sendiri. Terkadang mereka menggunakan lapangan UIN Raden Fatah, tak jarang mereka pun berkumpul di restoran siap saji untuk berlatih bersama.

Untuk terus memupuk semangat lebih cetar lagi, para petinggi komunitas sering mendatangkan pemusik dari luar untuk berbagi. Seperti kegiatan yang baru-baru ini diselenggarakan dengan mengundang Rismawanda, Juara Indonesia Mencari Bakat (IMB) 2014.

Kegiatan komunitas, kata Dayat, tidak mengikat dan membatasi senior-junior atau tak ada istilah guru dan murid. Semuanya belajar bersama satu sama lain. “Kita tidak ada yang jadi guru, semuanya bisa jadi guru karena kita bisa belajar sama siapa saja, kita sangat terbuka kalau untuk belajar,” kata lelaki pecinta instrumen Melayu ini.

Kecintaan pada musik membuat mereka senang memainkan alat musik di beberapa acara dan kegiatan seperti saat pembukaan Pedestarian Sudirman Walk Palembang, mengisi acara sosial dan juga pesta pernikahan. Awalnya, seringkali mereka secara sukarela mengisi acara pesta pernikahan. Namun, belakangan ia mendapat masukan bahwa pemberian feedback adalah hal yang cukup penting agar masyarakat tahu cara menghargai sebuah karya seni.

Tak lupa, pionir Komunitas Biola Palembang ini berpesan kepada anak muda khususnya di Kota Palembang agar mencintai musik dan melibatkan musik dalam kegiatan sehari-hari karena pengaruh psikologi sangat besar saat bermain musik. Ia juga menuturkan agar anak-anak muda jangan cepat puas untuk mendapatkan suatu hal, terus belajar tak pernah ada ruginya. “Ingat saja di atas langit masih ada langit, jadi tak ada guna untuk cepat puas jika mempelajari sesuatu,” kata dia.

Komunitas Biola Palembang terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung bersama mereka. Untuk terus memantau kegiatan komunitas ini dapat diakses di sosial media, yakni @komunitasbiolapalembang.

Heti Rahmawati