Kitogalo.com – Kedutaan Besar Australia mengajak 24 orang penerima beasiswa singkat atau Australia Awards Short Term Award (STA) Democratic Resilience-Digital and Media Literacy Short Course 2019 ke Brisbane dan Sydney.

Selama dua minggu, 23 September – 5 Oktober 2019, mereka akan belajar mengenai demokrasi, literasi digital dan media di Australia.

Salah satu dari 24 peserta tersebut adalah jurnalis kitogalo.com yaitu Munawwaroh. Perempuan yang biasa disapa Muna ini terpilih menjadi satu dari beberapa peserta yang berlatar belakang jurnalis di mana peminat beasiswa singkat ini tercatat lebih dari 300 orang pendaftar.

“Saya mengikuti proses seleksi atas nama kitogalo.com dan alhamdulillah bisa mewakili media lokal Tanah Air khususnya Palembang, Sumatera Selatan,” kata Muna, Senin, 23 September 2019.

Selain kitogalo.com, ada lima peserta yang mewakili media di antaranya: Kompas cetak, Metro TV, Liputan6.com, katadata.com, dan nuonline.com.

Sedangkan peserta lain berasal dari beragam profesi seperti dosen Universitas Indonesia dan UIN Sunan Kalijaga, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan dan Budaya, Bawaslu Provinsi Jawa Timur, Mafindo, Kantor Staf Presiden (KSP), Polri, BSSN, dan beberapa instansi lainnya.

Satu peserta tidak bisa ikut karena alasan tertentu sehingga dari awalnya terpilih 25 penerima beasiswa, yang bisa berangkat ke Australia hanya 24 peserta.

(Kitogalo.com / Muna)

Menurut Muna, awalnya ia tidak menyangka bakal terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa singkat tersebut. Sama seperti peserta lain, ia mengikuti proses pendaftaran seleksi. Bahkan, ia baru mendaftar secara online di hari terakhir tenggat waktu yang ditentukan (deadline).

Setiap peserta diwajibkan membuat sebuah proposal program terkait literasi digital/media dan anti hoax, melawan disinformasi dan misinformasi, yang nantinya akan dikerjakan sepulang dari Australia. Setelah diberitahu lolos, ia mengikuti tahap selanjutnya yaitu wawancara/interview.

“Saya menawarkan program yang mengajak dan melibatkan anak-anak muda, pegiat komunitas, dan influencer di Palembang untuk ikut menjadi agen anti hoax serta berbagi mengenai literasi digital ke masyarakat. Sebab mereka-lah yang paling aktif berinteraksi di media sosial dan menyebar informasi,” ujar founder kitogalo.com ini.

Muna berharap project yang ia usulkan dapat segera ia realisasikan sepulangnya dari Australia. Ia semakin ingin banyak anak-anak muda pengguna aktif media sosial khususnya Instagram di Palembang dan Sumatera Selatan yang tertarik dan ikut terlibat dalam project tersebut.

Project-nya memang sederhana. Tapi yang terpenting adalah proses sharing, kolaborasi dan creat content dengan anak-anak muda ini yang sekarang banyak menjadi content creator dengan karya-karya yang luar biasa,” kata dia.

“Ke depan, saya berharap akan ada lagi perwakilan dari Palembang sebagai penerima beasiswa ke Australia baik itu short course atau long term course,” kata Muna yang saat ini sudah mengikuti kelas hari pertama di Queensland University of Technology (QUT) di Brisbane.

Sekadar informasi, pemerintah Australia melalui Australia Awards Indonesia (AAI) memberikan beasiswa singkat (short term course) dan beasiswa S2 (long term course) setiap tahunnya. Program yang ditawarkan berbeda-beda tergantung kebijakan pemerintah Australia yang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia.

“Dalam setahun, biasanya ada sekitar 15 program beasiswa singkat yang bisa diikuti setiap orang tergantung project yang kami ditawarkan,” kata Hanum, staf Kedutaan Australia di Indonesia.