Kitogalo.com – Masyarakat Kota Palembang punya tradisi unik setiap menjelang bulan Ramadan yaitu menggelar ziarah kubroh ke Pemakaman Kambang Koci, 3 Ilir, Palembang. Ziarah yang digelar dalam rangkaian zikir ini biasanya tidak hanya dihadiri warga Palembang saja, tapi juga dari Asia Tenggara. Sebab, di pemakaman ini banyak kuburan wali Allah yang berdakwah di Kota Pempek.
Tapi taukah kamu bagaimana sejarah pemakaman ini sehingga banyak para ulama dimakamkan di Kambang Koci yang lokasinya bersebelahan dengan Pemakaman Kawah Tengkurep (makam kesultanan Palembang Darussalam) karena jaraknya hanya 200 meter?
Ketua Robitoh Mahad al Islami (RMI) Nahdlatul Ulama Sumatera Selatan, K.H Hendra Zainuddin menuturkan kisahnya. Menurut dia, berdasarkan cerita Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pada saat ziarah ke Pemakaman Kambang Koci, pada tahun 1151 H/1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin I mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak-cucu serta menantunya.
“Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci yang berasal dari kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu,” kata dia.
Hendra menyebutkan ada beberapa penghulu habib yang dimakamkan di sana seperti Al-‘Arif Billah Al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab yang merupakan ulama besar pada masanya. Karena kedekatannya dengan Sultan Mahmud Badaruddin I, ia dianegerahi tanah yang sangat luas dari daerah Kuto sampai Kenten. Kemudian, tanah tersebut pun ia wakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin Palembang serta tanah wakaf Masjid Daarul Muttaqien.
“Al-‘Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Abdullah bin Ibrahim bin Yahya (wafat sekitar 1211 H), merupakan seorang ulama besar yang memahami banyak masalah Ilmu Fiqh. Beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I yang beristrikan Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I. Al-‘Arif Billah Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaaf yang dikenal sebagai seorang wali Quthb,” terangnya.
Selain itu, di Kambang Koci juga dimakamkan Habib Abdullah bin Salim Al-Kaaf yang merupakan seorang ulama besar sekaligus pengusaha sukses. Beliaulah yang mambangun Masjid Sungai Lumpur pada tahun 1287 H yang berlokasi di 11 Ulu Palembang. Habib Abdullah merupakan seorang wali yang mastur (tersembunyi).
Keturunannya banyak yang menjadi ulama besar yang tersebar di Tegal, Jakarta, Jeddah, dan Hadhramaut. Contohnya Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaaf di Jeddah, dan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaaf di Jakarta dengan anak-anaknya yang menjadi muballighin.
“Mengingat banyaknya para wali yang dimakamkan di Pemakaman Kambang Koci serta di beberapa pemakaman lainnya di Kota Palembang, maka banyak dari pemuka habaib dari Hadramaut menyebut Kambang Koci sebagai Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim, Hadhramaut)-nya Palembang,” ujarnya.
Bahkan, kata dia, Kota Palembang sempat dijuluki sebagai Hadramaut Tsani alias Hadramaut Kedua, karena banyak para ulama yang menetap dan beranak-pinak di kota ini. “Seperti di Perkampungan Sungai Bayas,” kata dia menambahkan.
Alex