Kitogalo.com, Palembang – Sidang “The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO” yang ke-30 diadakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Pertemuan rutin negara-negara anggota UNESCO ini berlangsung dari tanggal 23-28 Juli 2018 di Hotel Novotel Palembang.
Diadakan pertama kali di Sumatera Selatan, hal ini merupakan berkat kerja sama Pemerintah Provinsi (Pemprov) dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Peserta yang hadir pada sidang tersebut mencapai 300 partisipan yang merupakan perwakilan dari 45 negara anggota World Network of Biosphere Reserve (WNBR) dari Asia, Autralia, Afrika dan Amerika serta perwakilan kantor utama UNESCO di Paris. Tak lupa Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin turut mengisi kursi perwakilan Indonesia bersama beberapa jajaran pemerintah Indonesia seperti Dirjen Kementerian KLHK, Ir. Wiranto MSc., Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof. Dr. Enny Sudarmonowati.
Dilansir dari Tribunsumsel.com, sempat menceritakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumsel pada tahun 2015 yang mengakibatkan asap menyebar hingga ke negara tetangga, Alex mengaku telah berkeliling ke beberapa negara untuk mencari solusi dari masalah ini.
“Bagaimana memperbaiki hutan yang rusak tersebut, untuk itu Pemerintah Provinsi Sumsel berkeliling ke berbagai negara untuk mengikuti berbagai kegiatan tentang lingkungan tujuannya untuk mencari bantuan,” kata Alex.
Dari usaha yang dilakukan oleh Pemprov Sumsel, beberapa bantuan bertadangan dari berbagai instansi yang peduli lingkungan. “Alhamdulillah ada 11 lokasi yang dibantu, baik itu bantuan dari pemerintah pusat, hingga dari NGO (Non-Governmental Organization) yang perduli terhadap lingkungan. Ini semua bukan hanya kepentingan untuk Sumsel maupun Indonesia tapi ini merupakan bentuk peranan Indonesia terhadap lingkungan di dunia,” ujar gubernur dua periode ini.
Selain itu, dalam MAB-ICC ini, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof . Dr. Rnny Sudarmonowati mengatakan tiga wilayah Indonesia diharapkan dapat masuk sebagai cagar biosfer baru. Tiga wilayah itu yakni Berbak Sembilang (Sumsel-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum, serta Kapuas Hulu dan Rinjani-Lombok.
“Kami berharap tiga nominasi ini bisa disetujui dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer baru, sehingga menambah 11 cagar biosfer yang telah ada di Indonesia. Dan juga menambah cagar biosfer yang ada di dunia dimana saat ini sudah terdapat 669 cagar biosfer yang tersebar di 120 negara di dunia,” kata Enny.
Sidang tahunan MAB-ICC UNESCO tersebut diadakan beberapa kegiatan, yaitu seminar internasional bertajuk “Biodiversity and Biosphere reserve: Engaging Stakeholders towards Community Empowerment. The Role of Stakeholder in Mainstreaming Natural Resouces Related to Agenda 2030”, pameran yang diikuti oleh berbagai Cagar Biosfer di Indonesia, Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, serta pihak swasta, talkshow yang membahas berbagai isu dan dihadiri oleh pakar dari dalam dan luar negeri dan field trip ke kawasan Berbak-Sembilang yang diusulkan menjadi cagar biosfer baru sebagai penutupnya.
Heti Rahmawati