Kitogalo.com – Gusmen Heriadi, seniman asal Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), mengekspresikan beragam karyanya yang dirangkum dari pemikirannya. Melalui Ciptadana Art Program, karya seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta merangkum perasaan dan perdebatannya mengenai isu budaya dan tradisi dalam kehidupan modern bermasyarakat.
Sebagian besar karya yang diciptakan adalah bukti nyata dari beragam impian, tanggapan perihal kehidupan dan padangan filosofis sang seniman. Pemikiran filosofis dan kritis yang banyak ditampilkan dalam karya-karyanya merupakan hasil dari perkembangan kultur dan budaya, disertai kebiasaan sehari-hari dan pengaruh dari luasnya pergaulan seni dan proses pembelajarannya.
“Kami kerap menampilkan dari tahun ke tahun. Program ini kembali hadir dalam mempromosikan dialog yang menjembatani komunitas bisnis di Indonesia dan dunia seni yang dinamis,” ujar EmmoItaliander, Kurator Seni Pameran Ciptadana Art Program, kepada Kitogalo.com, saat ditulis Kamis (22/11/2018).
Pameran dibuka untuk umum mulai Kamis 22 November 2018 sampai dengan Jumat 14 Desember 2018, dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Berlokasi di di Ciptadana Art Space lantai 5 Gedung Ciptadana Center Jakarta.
Sosok pria kelahiran tahun 1974 ini, dinilainya sebagai seniman yang produktif menampilkan karyanya dalam dua dekade terakhir. Mereka pun sangat antusias untuk menampilkan karya-karya sang seniman di dalam programnya tahun ini.
Dalam karyanya, Gusmen Heriadi mengeksplorasi kebanggaan akan ‘identitas’ manusia dan bagaimana kebanggaan tersebut berdampak pada lingkungan dan kehidupan makhluk lainnya melalui pendefinian dari segi ‘esensi’ dan‘status’. Gusmen mengilustrasikan ‘esensi’ sebagai sesuatu yang mendefinisikan manusia dan semua makhluk hidup di sekitarnya.
Apa saja kah hal yang membentuk kita? apa yang memisahkan kita? apa yang kita bagikan? Dan tentu saja, apa yang kita abaikan? Sikap dan rasa hormat terhadap semua makhluk hidup harus sama, tapi sebagaimana dinyatakan oleh para babi penguasa dalam ‘Animal Farm’ karangan penulis ternama George Orwell.
“Semua hewan memang setara, tapi beberapa lebih setara daripada yang lainnya. Di dunia kita, ‘esensi manusia’ adalah segalanya, saat semua makhluk lain dianggap sebagai barang komoditas atau konsumsi. Kurangnya rasa hormat dapat membahayakan masa depan semua makhluk di muka bumi,” ungkap Gusmen Heriadi.
‘Status’ sejatinya berhubungan dengan penempatan individu dalam hubungannya dengan individu lain di sekitarnya, terutama terkait dengan posisi sosial maupun profesional dan terkait dengan keadaan dan situasi. Bagi sebagian besar manusia, status menggambarkan posisi mereka di dalam komunitas dan kehidupan bermasyarakat, baik berupa keberhasilan, pencapaian, atau pun kepemilikan.
Bagi hewan, status sifatnya lebih kritis karena menentukan posisi mereka pada rantai evolusi dan kesintasan; terancam, dihargai atau bahkan rentan. Dalam upaya meraih status yang seringkali dilakukan dengan segala cara, manusia bisa keliru menerapkan nilai menurut persepsi merupakan nilai sejati.
Sehingga mengorbankan dan menguras sumber daya yang berharga atau bahkan seluruh spesies dalam upaya untuk membuat manusia lain terkesan dan memanjakan ego mereka sendiri. Sumber daya yang terbatas terancam habis akibat gengsi yang tak terbatas.
“Pada akhirnya, perilaku seperti ini yang saya amati menyebabkan kelelahan dalam menghadapi kesia-siaan yang tak terbatas. Baik ‘esensi’ maupun ‘status’ menentukan berbagai hal yang terjadi di sekeliling kita. Melalui berbagai eksplorasi, saya mencoba menerjemahkan kondisi manusia yang saya amatii ni ke berbagai lukisan dan karya seni yang akan dipamerkan di Ciptadana Art Program tahun ini,”katanya.
Dikuratori oleh EmmoItaliaander dan Sudjud Dartanto, “DeepSkin – SkinDeep” yang ditampilkan oleh Ciptadana Art Program tahun ini memberi kesempatan bagi para pecinta seni di Indonesia untuk berbagi pikiran, ide, dan impian dengan seniman Gusmen Heriadi.
Tentang Ciptadana Art Program
Ciptadana Art Program sendiri mempromosikan dialog mendalam antara komunitas bisnis dan dunia seni yang dinamis di Indonesia. Cipta dana percaya akan terciptanya hasil yang positif jika pelaku bisnis secara aktif terlibat dengan seniman dalam mengapresiasi budaya, dan seni.
Hal tersebut tentunya dapat memberikan inspirasi, wawasan, dan sinergi antarkedua belah pihak. Melalui kerjasama dengan seniman ternama dalam memberikan apresiasi terhadap karya seni yang memukau.
Cipta dana mencoba memberikan perspektif baru dalam melihat dan berinteraksi dengan para pemangku kepentingan, lingkungan bisnis dan juga semerta-merta untuk lebih meningkatkan citra perusahaan.
Program ini pertama kali diinisiasikan oleh EmmoItaliaander, creative director yang juga merupakan kurator dan produser acara ini selama 7 tahun. Tujuan utama dari Ciptadana Art Program adalah memperkenalkan karya seni yang indah dan menyegarkan namun menginspirasi dan mendidik.
Ciptadana Art Program merupakan acara tahunan, dimana seniman atau sekelompok seniman di bawah arahan kurator melaksanakan pameran tunggal maupun kelompok di Ciptadana Art Space, lantai 5 Gedung Ciptadana.
Program ini meliputi pameran yang berlangsung selama dua minggu; ‘meet the artist’ talk bersama seniman, dan satu hari penuh media tour dengan seniman yang karyanya sedang ditampilkan.
Daftar para seniman yang telah berpartisipasi dalam pameran di Ciptadana Art Space di tahun-tahun sebelumnya :
2011/2012 : Hanafi ( pameran solo )
2012/2013 : Sunaryo ( pameran solo )
2013/2014 : Pande Ketut Taman ( pameran solo )
2014/2015 : Filippo Sciascia ( pameran solo )
2015/2016 : Ichwan Noor, Anusapati, Hedi Haryanto, A. Simatupang, T. Supriyono
2017/2018 : Made Wianta ( pameran solo )
2018/2019 : GusmenHeriadi (pameran solo)
Untuk mengetahui lebih lanjut mohon menghubungi:
Maya Sujatmiko
PR & Communication Ciptadana Art Program
mayasujatmiko@gmail.com
08161156000