Kitogalo.com – Warga kota Palembang memiliki tradisi menyediakan Telok Abang (Telur Merah) setiap memperingati hari kemerdekaan RI. Memasuki bulan Agustus, biasa ramai pedagang yang menjajakan Telok Abang yang diletakkan di atas pesawat dan diikat tali lengkap dengan bendera merah putih.

Tapi tahukah kamu, sejarah asal mula Telok Abang ternyata dari peringatan Ulang Tahun Ratu Belanda Wilhelmina II saat Indonesia masih dijajah Belanda. Pada waktu itu masyarakat Kota Palembang memeriahkannya dengan membuat telur yang dicat merah atau dikenal sebutan telok abang.

“Setelah Indonesia merdeka, tradisi telok abang pun diteruskan setiap peringatan HUT RI dan hingga sekarang,” kata Pemerhati Sejarah Palembang, Dudy Oskandar, Kamis, 10 Agustus 2017.

Menurut Dudy, awalnya Telok Abang diambil dari telur itik kemudian diberi pewarna kesumbo (tinta digunakan untuk mengecap karung beras dan gula-red). Nah, karena bahan yang tidak aman untuk dikonsumsi, saat ini para penjual mengganti pewarna kesumbo dengan pewarna kue. “Atau yang biasa dikenal dengan abang kue,” ujarnya.

Dia menuturkan, untuk menambah menarik dan bisa dimainkan anak-anak, , telok abang diletakkan di atas kapal-kapalan gabus serta diikat dengan bendera warna-warni. Bahkan, kini ada lima macam telok abang yang didagangkan selain kapal terbang. Yakni: kapal layar, perahu motor, helikopter, dan becak.

“Bentuk telok abang pun kian tahun semakin variatif, bila dulu hanya dipadukan dengan kapal laut dan kapal terbang yang terbuat dari bahan gabus berwarna kuning, maka saat ini bentuk dan warnanya sudah dibuat lebih banyak,” kata dia.

Sementara itu, salah satu penjual Telok Abang di Jalan Merdeka Palembang bernama Boim (37) mengakui tradisi telok abang memang masih dicari serta diminati oleh masyarakat kota Palembang, terutama saat Peringatan Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-72 pada 17 Agustus nanti. “Untuk saat ini penjualan telok abang menurun dan semakin berkurang minatnya. Maka dari itu kami para penjual telok abang lebih sedikit mengambil barangnya karena kami takut akan kerugian yang kami terima,” ujarnya.

Mengenai harga, Boim mengambil telok abang dari salah satu agen yang berlokasi di Jalan Silaberanti, Kecamatan Seberang Ulu I dengan harga agen sekitar Rp 15 ribu per kapal. “Telok abang kita ambil langsung dari agen dengan harga Rp 15 ribu dan kita jual kembali seharga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu,” kata dia.

Alex Ramdhani