Suasana perlombaan perahu bidar (antaranews.com)

Kitogalo.com, Palembang – Lomba Perahyu Bidar memang menjadi salah satu tradisi warga Sumatera Selatan (Sumsel), yang digelar di bentangan aliran Sungai Musi.

Tidak hanya meramaikan perayaan ulang tahun Kota Palembang dan HUT Republik Indonesia saja. Lomba Perahu Bidar ini dalam waktu dekat akan kembali dihelat di Kota Palembang.

Kali ini, Lomba Bidar Mini akan digelar oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Palembang pada hari Minggu, 27 Oktober 2019 mendatang.

Event ini digelar di Sungai Keramasan, Kelurahan Karya Jaya, Kertapati Palembang. Kamu bisa melihat serunya lomba ini dari pagi hari. Babak finalnya akan digelar mulai pukul 14.00 WIB.

Lomba Bidar Mini 2019 (Sumber Website Palembang Tourism)

Berdasarkan sejarah, perahu bidar ini dulunya digunakan untuk menjaga keamanan wilayah, saat Kolonial Belanda berusaha menjajah Kota Palembang. Kesultanan Palembang Darussalam membentuk patroli sungai dengan menggunakan perahu bidar.

Perahu bidar awalnya bernama perahu pencalang, yang berasal dari kata pancal yaitu lepas dan ilang yang berarti menghilang. Perahu pencalang diartikan sebagai perahu yang mempunyai kecepatan laju dan mudah menghilang.

Ada dua jenis perahu Bidar yang biasa digunakan, yaitu Perahu Bidar Tradisional dan Perahu Bidar Prestasi. Ada perbedaan diantara kedua perahu ini.

Jika Perahu Bidar Tradisional berukuran besar dan dikayuh sekitar 40-60 orang. Perahu ini lebih besar dengan panjang 29 meter, tinggi 80 sentimeter dan lebar 1,5 meter.

Sedangkan Perahu Bidar Prestasi memiliki panjang sekita 12,70 meter, tinggi 60 sentimeter dan lebar 1,2 meter. Perahu jenis ini dikayuh menggunakan tenaga 20 – 24 orang awak.

Selain untuk alat patroli di perairan, perahu bidar juga digunakan sebagai alat transportasi warga. Bahkan perahu bidar sering digunakan oleh para raja dan pangeran di Kesultanan Palembang Darussalam menuju ke berbagai lokasi di seputaran wilayah Sumsel.

Bentangan Sungai Musi juga menjadikan perahu bidar ini sebagai alat berniaga. Banyak warga yang mengalihkan fungsinya sebagai sarana perdagangan. Saat itu para awak perahu mengayuh dengan galah atau bambu.

Lomba perahu bidar dulunya dinamakan kenceren. Event ini juga menjadi kegiatan rutin di masa Kolonial Belanda, saat menyambut kedatangan tamu dari Kerajaan Belanda.

Editor : Nefryu

BACA JUGA :

Musee Indie Fest 2019 Sudah Dibuka, Para Sineas Sumsel Yuk Ikutan..

Kamu Pecinta Kopi, Kuy Ikuti Sriwijaya Coffee and Coolinary Fest 2019

Yuk Vote untuk Masjid Cheng Ho dan Website Pariwisata Palembang Raih Gelar Juara