Kitogalo.com, Palembang – Puluhan pasang mata anak muda tertuju pada satu sosok yang sedang bercerita di sebuah kedai sederhana di belakang Taman Kambang Iwak, Palembang, Minggu, 4 Maret 2018, sore itu. Mereka terlihat tampak khusuk mendengar setiap kata yang keluar dari mulut penulis senior Maman Suherman yang sedang berbagi pengalaman.

Satu setengah jam berkisah, pria yang akrab disapa Kang Maman itu seolah enggan berhenti berbagi. Kepada pendengarnya, Kang Maman menyampaikan pentingnya memahami enam komponen literasi dasar yaitu literasi baca-tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi kewargaan.

“Jika kita masih menganggap literasi hanya terdiri dari baca, tulis dan hitung saja maka bangsa kita akan semakin tertinggal,” ujar lelaki berkepala plontos itu.

Bergantian, sejumlah pertanyaan meluncur dari para peserta bincang-bincang yang diselenggarakan Komunitas Sobat Literasi Jalan (SLJ) Palembang itu. Mereka antusias. Berebutan untuk mengajukan pertanyaan. Bahkan, sesekali para peserta yang sama ingin mengajukan pertanyaan yang berbeda.

Pengalaman Kang Maman di dunia literasi memang tak perlu diragukan lagi. Ia tercatat sebagai jurnalis senior di salah satu Grup Kompas Gramedia. Pria berkaca mata itu juga produktif menulis. Sejumlah  buku-buku bacaan ringan lahir seperti “Matahati”, “Kisah Gelap Dunia” dan novel berjudul “Re” yang diambil dari kisah nyata dari tugas akhir saat ia masih berkuliah di Universitas Indonesia.  Kini aktivitasnya sehari-hari bisa dilihat setiap minggu dalam sebuah program talkshow Q & A di sebuah televisi swasta.

Berbagi ruang diskusi dengan pegiat literasi seperti Kang Maman hanyalah salah satu agenda Komunitas Sobat Literasi Jalanan (SLJ) Palembang yang terus konsisten berjalan. Sebelumnya, komunitas yang kini diketuai oleh Hardi Saputra menggelar diskusi dengan penulis Gol A Gong. “Kami berusaha bisa mengadakan acara seperti ini secara rutin untuk tetap menjaga konsistensi dalam menebar virus literasi. Mendengarkan kisah langsung dari para pegiat literasi menjadikan kami semakin termotivasi ke depannya,” kata Hardi.

Pria yang suka membaca buku biografi itu menuturkan, Sobat Literasi Jalanan berdiri sejak 2016 dan telah banyak mengadakan sejumlah kegiatan di Kota Palembang dan sekitarnya. Beranggota sekitar 25 orang, mereka kerap mengadakan acara diskusi mengundang penulis atau pegiat literasi. Selain itu, mereka juga mengumpulkan buku layak baca. Buku-buku tersebut kemudian didonasikan dengan mengirim ke sejumlah taman bacaan di pelosok daerah di Sumatera Selatan bahkan ke provinsi lain. Kegiatan ini menjadi agenda rutin bulanan karena bekerja sama dengan kantor pos yang menggratiskan pengiriman buku setiap tanggal 17 setiap bulannya.

Kegiatan rutin lainnya adalah membuka lapak baca buku di Kambang Iwak setiap hari minggu sore. Buku yang disediakan berjumlah puluhan mulai dari buku bacaan untuk anak-anak, novel dan beberapa buku sejarah. Mereka tidak menargetkan siapa pembaca tapi yang penting adalah mensosialisasikan dan menyebar virus membaca setiap waktu. “Yang penting kami bakal terus menyebarkan virus membaca tanpa henti,” ujar pria berusia 26 tahun itu.

Banyak peserta diskusi yang merasa beruntung bisa mengikuti acara diskusi dengan Kang Maman sore itu. Salah satunya adalah Oktarian, pria jangkung yang datang sedikit terlambat. Menurut dia, acara berbagi dengan sejumlah penulis senior yang berpengalaman sangat bermanfaat untuk perkembangan dunia literasi di Palembang.

Oktarian berharap semakin banyak masyarakat yang suka membaca dan semakin banyak penulis baru yang lahir di Sumatera Selatan.  “Semoga semakin banyak juga masyarakat yang tergerak untuk membuka taman baca di pelosok-pelosok daerah Sumsel. Sebab, kita tahu permasalahan literasi bukan hanya tentang minat baca, tapi juga sulitnya akses terhadap buku,”ujar pria yang kini bergelut di dunia penulisan dan videografi itu.

Sobat Literasi Jalanan mengajak masyarakat Sumatera Selatan dan khususnya Palembang mendukung kegiatan mereka. Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan seperti menyumbangkan buku yang sudah dibaca untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Kegiatan mereka bisa dilihat di akun media sosial @sobatliterasi28.

Muna Suúd