Tiga orang siswa SDN 3 Tanah Abang PALI Sumsel mengibarkan bendera d tengah kepungan banjir di halaman sekolahnya (Nandoenk / Kitogalo.com)

Kitogalo.com, Palembang – Senin (24/2/2020) pagi menjadi hari yang penuh semangat bagi siswa kelas 6A Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Sumatera Selatan (Sumsel).

Karena mereka dimandatkan menjadi petugas upacara pengibaran Bendera Merah Putih di pagi hari.

Namun sayang, banjir setinggi 50sentimeter yang merendam lapangan sekolah, membuat semangat mereka untuk menjadi petugas upacara meredup.

Banjir yang menghalangi upacara Senin pagi ini, ternyata tidak menyurutkan semangat tiga orang siswa kelas 6A. Mereka adalah Deni Pramuja, Diko Ramasaki dan Farel.

Keinginan mereka untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih terus menggebu-gebu. Sampai akhirnya, mereka meminta izin ke guru dan kepala sekolah, untuk mengibarkan bendera, di tengah tingginya banjir.

Meskipun para guru cemas jika terjadi hal yang tak diinginkan saat mereka turun ke lapangan yang digenangi banjir, namun tekad ketiga pelajar tersebut akhirnya meluluhkan hati para guru.

Sandry Irawan, guru Kesenian SDN 3 Tanah Abang PALI Sumsel mengatakan, para siswanya memang bertugas jadi pengibar bendera. Keinginan ketiga muridnya itu sangat kuat, sehingga mereka diizinkan untuk mengibarkan bendera.

Padahal sejak awal, pihak sekolah sudah mengingatkan jika masih banjir, upacara bendera di Senin pagi akan ditiadakan.

“Mereka tetap ingin mengibarkan bendera, jadi kita izinkan dengan terus memantau. Mereka bertiga pergi ke rumah temannya di depan sekolah dan berganti baju. Lalu mereka turun ke lapangan yang digenangi banjir,” katanya, Senin (24/2/2020).

Sekitar pukul 07.30 WIB, ketiga pelajar tersebut langsung turun membawa Bendera Merah Putih ke tengah banjir. Salah satu pelajar yang bertubuh tinggi, mengangkat kain bendera agar tidak basah.

SDN 3 Tanah Abang PALI Sumsel terendam banjir (Dok. SDN 3 Tanah Abang PALI / Kitogalo.com)Sedangkan dua pelajar lainnya, berusaha melepaskan tali pengikat bendera dari tiang. Mereka pun berjibaku mengaitkan tali penggeret bendera ke ujung kain bendera.

Aksi patriotik ini membuat para guru bangga sekaligus cemas dengan muridnya. Sandry Irawan bergegas merekam aksi ketiga muridnya tersebut menggunakan ponselnya.

“Mereka mengakui agak kesulitan saat membuka pengait bendera dari tiang, namun tak lama kemudian mereka berusaha memasang pengait, membentangkan dan mengibarkan Bendera Merah Putih hingga ke tiang atas,” katanya.

Setelah selesai mengibarkan bendera, ketiga pelajar tersebut langsung naik ke atas bangunan sekolah. Para guru pu segera mengelap tubuh ketiga pelajar yang sudah basah kuyup tersebut. Mereka pun akhirnya mengenakan kembali seragam sekolahnya dan mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelasnya.

Diaku Sandry, ketiga muridnya tersebut memang cukup aktif di sekolah. Bahkan usai sukses mengibarkan bendera, para muridnya tampak senang dan puas.

“Mereka sangat senang bisa mengibarkan bendera di tengah banjir. Siswa lainnya juga turut menyemangati mereka,” ucapnya.

Video aksi patriotik muridnya tersebut, akhirnya dibagikan Sandry Irawan ke grup WhatsApp. Tak lama kemudian, video tersebut viral di media sosial (medsos).

Hingga kini, orangtua ketiga muridnya tersebut tidak melayangkan protes. Terlebih jadwal belajar para muridnya tidak terganggu dan hingga kini mereka tidak mengalami sakit.

“Kalau banjir sudah lebih dari 1 minggu, tapi sejak hari Rabu (19/2/2020) kemarin, banjirnya sampai masuk ke halaman sekolah. Namun baru kali ini, ada murid yang berkeinginan besar untuk mengibarkan bendera di tengah banjir,” katanya.

Menurutnya, daerah sekolahnya memang kawasan rawa dan sering terjadi banjir. Selama PBM, mereka terus menghimbau dan memantau siswanya, agar tidak bermain di banjir.

Kepala SD Negeri 3 Tanah Abang PALI Matdarusalam menjelaskan, pihaknya terpaksa tidak menggelar upacara bendera merah putih, karena ketinggian air cukup tinggi merendam halaman lapangan upacara.

“Sudah seminggu banjir merendam halaman sekolah dan upacara tidak dilakukan, namun kegiatan belajar mengajar normal seperti biasanya, tetap kita laksankan dengan normal seperti biasa,” ujarnya.

Editor : Nefryu