Lautan sampah di Sungai Tawar 1 Palembang (Sumber : Liputan6.com)

Kitogalo.com, Palembang – Kawasan Seberang Ulu di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) terus dielukan menjadi kawasan potensial pemekaran menjadi Kabupaten Palembang Ulu. Ternyata, daerah ini juga menjadi penyumbang kawasan kumuh terbanyak di Kota Palembang.

Kepala Bappeda dan Litbang Kota Palembang Harrey Hadi mengatakan, dari data tahun 2014, kawasan kumuh di Kota Palembang seluas 2.440 Hektar.

Angka kawasan kumuh pun sudah berkurang hingga 50 persen di tahun 2018, yaitu bersisa 1.437 Hektar. Namun sumbangan terbanyak kawasan kumuh berasal dari daerah Seberang Ulu.

“Jika diprediksi dari sisa kawasan kumuh, 65 persen disumbangkan dari daerah Seberang Ulu, sisanya baru di Seberang Ilir,” ujarnya, Minggu (21/7/2019).

Beberapa kawasan kumuh di Seberang Ulu yaitu di Kertapati, Jakabaring dan Plaju. Di daerah tersebut masih banyak bangunan hunian lama, yang dikategorikan kumuh. Sedangkan di kawasan Seberang Ilir, beberapa daerah termasuk kumuh salah satunya di Tangga Buntung.

Ada beberapa faktor yang dinilai sebagai kawasan kumuh, yaitu pembangunan, limbah, persampahan, drainase, akses kebakaran, air bersih, sanitasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

“Kawasan kumuh itu masuk dalam 7+1 itu, seperti akses jalannya susah dilewati mobil pemadam kebakaran saat terjadi insiden kebakaran, sampah yang menumpuk dimana-mana. Meskipun rumah mewah, namun daerahnya seperti itu tetap masuknya kawasan kumuh,” ujarnya.

Ilustrasi Buang Sampah

Salah satu program Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dalam pengentasan kawasan kumuh adalah Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2014, diantaranya membersihkan sungai, melakukan penataan pedestrian, drainase dan rumah-rumah di bantaran sungai.

Ada juga langkah yang bisa dilakukan warga untuk membuat RTH di lingkungan rumah. Yaitu menanam cabai tanpa menggunakan lahan, melainkan menggunakan Polybag.

“Jika lahan tidak digunakan, akan menambah pasokan oksigen di sekitar rumah, ini juga yang menyumbang udara segar. Penanaman pohon dan penyediaan public service juga termasuk dalam program RTH,” katanya.

Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang Fitrianti Agustinda merasa bersyukur, persentase kawasan kumuh sudah berkurang drastis setiap tahunnya.

“Ada 59 titik kawasan kumuh berdasarkan laporan tahun 2014-2018, sudah ada pengurangan masalah lingkungan kumuh sebanyak 50 persen. Memang ada kriteria-kriterianya kawasan itu dan alhamdulillah setiap tahun berkurang,” katanya.

Karena banyak yang harus dituntaskan, penanganannya harus bertahap karena keterbatasan anggaran.

Editor : Nefryu