Kitogalo.com, Palembang – Tudingan Pemerintah Malaysia ke Indonesia sebagai penyumbang asap di negaranya, turut direspon oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru.
Meskipun di beberapa kabupaten di Sumsel menyumbangkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun Herman Deru menepis tudingan Malaysia tersebut.
“Iya, sampai ibu Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) marah-marah. Justru negara mereka yang sumbang (kabut asap) itu, di Serawak itu,” katanya, usai menghadiri rapat High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumsel di kantor Bank Indonesia Kantor Wilayah (Kanwil) Sumselbabel di Palembang, Rabu (11/9/2019).
Namun orang nomor satu di Sumsel ini tidak menepis, banyaknya titik api yang menyebar di Sumsel, terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel.
Saat Herman Deru memantau menggunakan helikopter patroli, Selasa (10/9/2019), banyak lahan tidak produktif di daerah Muara Kuang, Kabupaten OKI Sumsel yang terbakar.
Luasan lahan yang terbakar memang sedikit, tapi jumlah lahan terbakar cukup banyak sehingga volume asap yang dihasilkan terus meningkat.
“Hari ini ada perbaikan (kualitas udara) di layar monitor kualitas udara di Jalan Kapten A Rivai Palembang. Kalau nanti melewati ambang toleransi, nanti saya instruksikan untuk membagi masker,” ujarnya.
Herman Deru juga meyakinkan jika satuan tugas (satgas) sudah bekerja keras untuk memadamkan karhutla. Seperti waterbombing di kawasan kebakaran di Sumsel.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menjadi acuannya untuk memberikan kebijakan. Data kualitas udara yang berubah-ubah dari pagi hingga sore, membuatnya masih menganalisa kondisi di lapangan.
“Saat ini masih normal, jarak pandang juga 600-700 meter. Indikatornya juga dari bandara, kalau pesawat sampai delay karena jarak pandang, harus segera disikapi,” ujarnya.
Mantan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Sumsel ini juga belum bisa memberikan keputusan pasti terkait mundurnya jadwal sekolah.
“Itu fruktuatif. Saya akan instruksikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel. Tidak bisa dibuat konstan seperti di Serawak Malaysia, jam diundur atau diliburkan. Tadi pagi normal, siang berubah lagi, kita harus cerdik,”ujarnya.