Kitogalo.com – Jika kamu pria asli Palembang, dipastikan pernah memakai tanjak atau minimal tau dengan benda yang satu ini. Biasanya tanjak dipakai saat acara-acara tertentu seperti pernikahan, aqiqah, lamaran, atau acara seremonial. Benda satu ini sering terlihat di acara pernikahan sebagai aksesoris yang dikenakan mempelai pria atau keluarga besar yang berjenis kelamin pria.

Ya, tanjak adalah aksesoris penutup kepala yang berbentuk seperti topi berbentuk segitiga lancip khas Palembang. Sering kali, tanjak yang berbahan utama songket Palembang itul menjadi cendera mata yang diberikan kepada tamu kehormatan dalam acara pemerintah daerah.

Tapi, taukah kamu jika ternyata tanjak khas Kota Palembang itu ternyata bukan asli melainkan hasil modifikasi? Menurut Budayawan Palembang Kiemas Anwar Beck,  tanjak yang selama ini dipakai bukanlah warisan asli budaya dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.

Tanjak yang asli warisan Sultan Palembang terbuat dari batik Palembang. “Itu hasil modifikasi. Tanjak warisan Sultan berbahan batik, bukan kain songket,” kata Kiemas.

Dia mengungkapkan jika perubahan tersebut bermula ketika Presiden Soeharto berkunjung ke Palembang pada tahun 1967. Sebagai penghargaan dan lebih khidmat, panitia menyiapkan cendera mata asli Sumatera Selatan yaitu tanjak.

Untuk memudahkan, tanjak yang diberikan kepada Presiden RI kedua itu terbuat dari kain songket. Sejak itulah, tanjak songket mulai terkenal dan diproduksi secara massal oleh pengrajin di Sumatera Selatan. Sedangkan tanjak batik warisan Sultan mulai ditinggalkan sejak saat itu hingga kini. “Saya pun hanya ada beberapa peninggalan kakek. Bisa dikatakan tanjak asli Palembang itu sudah punah,” ujarnya.

Alex