Kitogalo.com, Palembang – Kerajaan Sriwijaya memang dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Meskipun lokasi tepat kerajaan ini masih simpangsiur, namun banyak jejak petilasannya yang ada di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel).
Salah satunya Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) yang dikenal juga dengan nama Situs Karanganyar. Dulunya ini kawasan pusat permukiman masyarakat di zaman Kerajaan Sriwijaya. Situs Karanganyar ini merupakan salah satu bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang.
“Situs Karanganyar atau TPKS ini dulunya merupakan pusat permukiman masyarakat di zaman Sriwijaya,” kata Pemandu Museun Sriwijaya Dede Septiani saat di TPKS yang ada di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang.
Di kawasan ini, banyak ditemukan peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktivitas masyarakat.
Di sinilah catatan bersejarah paling lengkap, membuat hari-hari bersejarah bagi Dapunta Hyang, yang mendirikan perkampungan dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan Sriwijaya.
Lebih dari 13 abad kemudian, perkampungan yang dibangun itu telah berkembang menjadi sebuah kota besar yang kini bernama Palembang.
Perkembangan lokal Palembang sebagai pusat pemerintahan Sriwijaya lebih masuk akal kalau dianggap faktor setempat. Yaitu berupa jaringan komunikasi dan kegiatan lalu lintas, tukar menukar informasi dan bahan dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dahulu, dan sudah berhasil mendorong manusia setempat untuk maju.
Terlebih lokasi Palembang ini, merupakan muara sungai-sungai Keramasan, Ogan, dan Komering menjadikannya Palembang sebagai pasar tempat memasarkan komoditi perdagangan dari daerah pedalaman. Lewat sungai-sungai komoditi perdagangan dibawa ke Palembang.
Berbeda dengan nama Kerajaan Majapahit yang melegenda di masyarakat Jawa Timur atau nama Pajajaran yang melegenda di masyarakat Jawa Barat.
Nama Kerajaan Sriwijaya bukan merupakan nama yang melegenda di masyarakat Sumatera Selatan. Artinya, nama kerajaan besar ini baru muncul di masyarakat setelah Coedes mengumumkan hasil pembacaan Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 1981.
Bahkan ketika Kern membaca Prasasti Kota Kapur, prasasti Sriwijaya yang pertama ditemukan di Pulau Bangka pada tahun 1913, nama Sriwijaya masih dianggap sebagai nama seorang raja ‘Sri Wijaya‘.
Setelah nama Sriwijaya muncul sebagai nama sebuah kerajaan maritim yang lahir dan berkembang pada abad ke 7 – 12 Masehi, banyak pakar sejarah dan arkeolog secara intensif melakukan penelitian di daerah-daerah yang diduga kuat merupakan bekas wilayahnya.
Hasil penelitian para ilmuwan ini menyimpulkan bahwa wilayahnya terutama terletak di pantai Timur Sumatra dan menguasai Selat Malaka. Pusat pemerintahan pada awalnya terletak di Palembang (abad ke 7 – 10 Masehi), kemudian berpindah ke daerah Jambi pada abad ke 12 Masehi.
“Disebut sebagai pusat permukiman pada zaman Sriwijaya dengan indikator ditemukannya berupa pecahan-pecahan keramik dan tembikar, tiang-tiang kayu sisi rumah kolong, sisa industri, dan sisa barang-barang keperluan sehari-hari,” katanya.
Lalu di tempat yang agak tinggi di Palembang, ditemukan sisa-sisa tempat kegiatan upacara keagamaan dengan indikatornya berupa sisa bangunan bata, arca batu dan logam, manik-manik kaca dan batu serta barang-barang keperluan upacara religi. Sisa bangunan suci tampak mengelompok di beberapa tempat agak jauh dari tepian sungai Musi.
Sebelum Sriwijaya menjadi sebuah kota, Dapunta Hyang Sri Jayanasa telah memikirkan pembanguan sebuah taman. Prasati Talang Tuwo yang ditemukan di Talang Kelapa, berisi tentang pembangunan Taman Sriksetra pada tanggal 23 Maret 684 Masehi. Berbagai jenis tanaman yang buahnya dapat dimakan ditanam di Taman Sriksetra dan semua itu diperuntukkan bagi semua makhluk hidup.
Pada sekitar abad ke 7 – 8 berdasarkan tinggalan budaya Sriwjaya dapat dikatakan sebuah kota. Masyarakat nya telah mengenal stratifikasi sosial, mengadakan perdagangan jarak jauh, menegnal pencatatan administrasi dan adanya bagunan fasilitas umum.
Kemudian setelah Sriwijaya mengalami kemudian dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jambi (abad ke 13 Masehi). Lalu beberapa abad kemudian (abad ke 15 Masehi) di Palembang terjadi kekosongan pemerintahan.
Berbagai penguasa dari tempat lain menduduki Palembang, misalnya Majapahit pada abad ke 14-15 Masehi. Bahkan pada abad ke 15 Palembang diduduki oleh bajak laut Chen Zuyi dari Nan-hai sampai akhirnya lahir Kerajaan Palembang Islam.
Editor : Nefryu
BACA JUGA :
Kopi Susu Kekinian Akan Jadi Tren Tahun 2020 Mendatang, Kamu Setuju?
Alfamart Kini Hadirkan Jasa Ekspedisi Alfatrex, Mudah dan Cepat Sampai
Harimau Sumatera Turun ke Lahan Warga, Ada Apa ?