Logo AMFERA 2018 (instagram @amfera2018)

Kitogalo.com, Palembang – Semangat muda biasanya sangat berkobar mewujudkan apapun yang ingin dicapai. Menjaga budaya suatu keharusan untuk kaum muda karena tak ada yang lain yang bisa meneruskan kebudayaan selain yang masih belia.

Nah! Semangat menjaga budaya ini tertanam subur di hati mahasiswa-mahasiswi Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) tepatnya jurusan Bahasa Inggris. Buah hasil dari niat ini terciptalah event yang diberi nama AMFERA (Amazing Festival of Sriwijaya) yang sudah tiga tahun diadakan sebagai agenda wajib oleh mahasiswa Polsri ini.

Mengusung tema “Explore the Hidden Culture”, para mahasiswa ingin memperkenalkan kembali budaya asli Kota Palembang kepada masyarakat. Ketua pelaksana AMFERA, Ahmad Zabani mengatakan ada dua yang mereka temukan untuk hidden culture ini yakni Dulmuluk dan Wayang Kulit.

“Kami menemukan ada dua yang masih tidak begitu terlihat dimasyarakat yaitu Dulmuluk atau Wayang Orang dan Wayang Kulit, ini sangat jarang ditampilkan lagi padahal kesenian ini berasal dari Palembang Asli” ujar Zabani kepada Kitogalo.com, Jum’at, 29 Juni 2018.

Cara mereka untuk menjaga kesenian budaya ialah dengan mengadakan lomba-lomba yang bertemakan budaya lokal dan juga mempersembahkan penampilan budaya yang sedikit peminat ini di sebagai acara ini saat pengumuman. “Kami memilih untuk menampilkan Dulmuluk di acara penutupan. Yang jadi wayang juga orang-orang Pemulutan karena memang Dulmuluk asalnya dari Pemulutan,” lanjut Zabani.

AMFERA berlangsung selama dua hari (29 Juni – 1 Juli 2018) dengan lima cabang lomba yang dibuka pada festival ini yaitu lomba peragaan busana (fashion show), memasak, tari tradisional, fotografi, dan teknik memandu (guiding technique). Persiapan yang dilakukan para peserta selama empat bulan ini membuahkan hasil dengan banyaknya sponsor yang meng-cover sekitar 70 persen dana yang dibutuhkan. Pesertanya juga sudah mencapai target.

Tak lengkap rasanya jika tak ada kendala dalam menyelanggarakan sebuah event. Acara AMFERA kali ini ada beberapa kendala yang juga harus dihadapi oleh para mahasiswa ini. Zabani yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Mahasiswa Bahasa Inggris ini menyatakan bahwa kendala yang mereka hadapi ialah sulitnya mengurus perizinan baik dari pihak Jurusan maupun Politeknik. Namun hal itu bisa mereka selesaikan sebelum acara ini dihelatkan.

Nah, kaum muda saatnya kita yang bergerak untuk memberikan hal terbaik pada bangsa. Tak perlu dengan hal yang besar hingga mengubah dunia jika belum mampu. Hal kecil pun bisa diakui jika memang benar konsisten. Jika bukan kita yang menjaga segala pernak-pernik yang ada di Nusantara ini, siapa lagi?

Heti Rahmawati